MEMPERKAYA ARANSEMEN
* Untuk memperkaya aransemen, kita bisa bermain "bongkar-pasang" pada elemen-elemen dasar musik. Yakni: pola-pola ritmiknya, timbre, serta harmoni. Mari kita tengok satu per satu.
(1) POLA RITMIK
Yang saya maksud pola ritmik adalah pola-pola panjang-pendeknya not-not yang ada dalam aransemen. Baik itu pada melodi ataupun pada birama dasarnya. Contoh simpel pada melodi: not 1 1 / 5 5 / 6 6/ 5 . / bisa kita ubah jadi 1 1_5 / 0 5_6/ 0 6_5/ 0 0/ atau bahkan lebih sederhana lagi 0_1 0 / 0_5 0 / 0_6 0 / 0_5 0 /.
Contoh pada birama adalah mengubah lagu yang berbirama 3/4 menjadi 4/4. Bisa juga kita tetap memakai birama sama tapi mengubah pola ritmik pada basnya saja. Misalnya saja, ada beberapa jenis irama yang berbirama 3/4. Ada waltz ala Wina, waltz ala Amerika Latin, bolero, sampai jazz waltz. Anda boleh juga menciptakan berbagai pola ritmik baru. Yang penting, pendengar masih bisa "menangkap" karakter lagu sesungguhnya.
(2) TIMBRE
Biasa juga disebut tone color atau warna suara. Biola dan gitar memiliki sejumlah teknik untuk menghasilkan warna suara berbeda. Pada gitar, perbedaan posisi jari kanan saja bisa menentukan warna suara lembut atau metalik (sul tasto dan sul ponticello). Beberapa teknik yang lazim digunakan: pizzicato, vibrato, slur/hammering, harmonik oktaf, dan strumming.
Ada juga gitaris yang mempersiapkan khusus gitarnya agar bisa menghasilkan warna suara beda dengan memasang benda-benda tertentu pada senar gitar. Bisa lembaran kertas, selotip, paperclip, hingga jepitan jemuran!
Beberapa komposer gitar kontemporer memiliki cara-cara lebih ekstrem untuk memperoleh timbre unik, yakni dengan menggunakan sendok sebagai pengganti jari kiri atau kanan, membetot senar, hingga menggeseknya dengan kuku.
Bagi pemusik yang bukan pemain gitar atau biola, penjelajahan untuk mencari warna-warna suara baru ini juga terus dikembangkan. Misalnya, menyelipkan remasan koran di bawah dawai-dawai piano, atau menaburkan manik-manik di atas dawai piano. Pemusik tiup pun juga terus menggali teknik-teknik baru untuk mendapatkan warna-warna suara unik yang belum pernah ada sebelumnya.
(3) HARMONI
Untuk praktisnya, saya mendefisikan harmoni ini sebagai seni memilih dan meracik nada-nada yang berbeda untuk dibunyikan simultan ataupun yang berurutan. Lebih praktisnya lagi, harmoni adalah seni memilih dan menggunakan akor. Termasuk pula di dalamnya tangga nada (scale) yang merupakan basis bagi pembentukan akor. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk memperkaya aransemen dengan "bermain-main" di wilayah harmoni.
a) Mengubah progresi akor
Ambil contoh lagu Naik-naik ke Puncak Gunung. Bila kita memakai nada dasar C, maka progresi akornya yang asli adalah C /C /C /C /G7 /G7 /C /C . Kita bisa mengubahnya, semisal menjadi C /Dm /Em /F /C bass G /G7 /C .
b) Memperkaya akor
Yang dimaksud adalah menggantikan akor mayor atau minor "polos" dengan akor-akor 7, 9, 11, 13, dan sebagainya. Pengayaan akor ini juga bisa dikombinasikan dengan perubahan progresi akor. Tentunya harus disesuaikan dengan lagunya.
Masih terkait dengan pengayaan akor, bisa dicoba juga melakukan steman alternatif atau alternate tuning untuk menghasilkan akor-akor baru yang terkadang tak kita duga sebelumnya. Sejak zaman Renaisans hingga masa kini, ada saja musisi instrumen berdawai yang mengubah-ubah urutan tuning standar. Pada gitar, misalnya, ada puluhan alternate tuning yang pernah dikenal. Yang umum dipakai adalah (urutan dimulai dari senar terbesar): D-A-D-Fis-B-E, D-A-D-F-A-D, D-A-D-Fis-C-D, D-G-D-G-B-D, D-G-D-G-Bes-D, E-B-D-Gis-B-E, dan sebagainya.
c) Mengubah scale
Melodi dengan scale mayor, misalnya, bisa saja kita ubah jadi scale blues. Atau, jika memang cocok, bisa saja scale diubah jadi minor. Ada banyak sekali scale lainnya yang tersedia dalam khazanah musik. Dari yang modern sampai yang tradisional, dari yang berisi 12 nada sampai 3 nada.
d) Modulasi
Modulasi adalah pergantian nada dasar. Biasanya memberi efek "refreshing". Dalam ilmu harmoni, melakukan modulasi tidak bisa sembarangan. Ada aturan-aturannya, karena pergantian itu idealnya harus berlangsung mulus hingga pendengar tak merasa kaget. Bila Anda belum sempat mempelajarinya dari buku teori, belajar saja dari berbagai komposisi yang sudah ada. Bisa dari sonata-sonata Scarlatti dan partita-partita Bach hingga lagu-lagu Vina Panduwinata atau Stevie Wonder.
e) Mengubah register
Melodi tak harus ada pada nada tinggi. Bisa saja kita pindahkan ke bagian bas. Atau sebaliknya, melodi yang tadinya ada di nada rendah kita pindahkan ke wilayah nada tinggi.
f) Variasikan tekstur
Tekstur meliputi "ketebalan" maupun "kasar-lembutnya" jalinan antar-nada dalam aransemen. Kita bisa menciptakan tekstur "tebal", misalnya dengan membunyikan melodi, akor, dan bas sekaligus. Bisa juga kita membuatnya jadi "tipis", semisal dengan hanya menyisakan jalinan dua jalur melodi yang berjalan bersama atau bersahut-sahutan.
Kesan "kasar" bisa diperoleh bila melodi, akor, dan bas lebih banyak berbunyi bersamaan. Sebaliknya, kesan "halus" bisa dicapai dengan mengurai melodi, akor, dan bas untuk berbunyi bergantian/bersamaan dalam pola-pola tertentu.
"BUMBU-BUMBU" LAIN
Di luar elemen-elemen dasar musik di atas, kita juga dapat "bermain-main" dengan tempo dan dinamika. Memperlambat atau mempercepat tempo, melembutkan dan mengeraskan volume, bisa menciptakan kesegaran pada aransemen kita.
Beberapa "bumbu" penyegar lain yang bisa dicoba:
- Masukkan efek perkusi. Pada tubuh gitar, ada beberapa bagian yang bila dipukul bisa menghasilkan suara-suara berbeda. Juga ada beberapa teknik menciptakan efek perkusi pada senar yang bisa dicoba. Efek perkusi biasanya menarik perhatian penonton.
- Gunakan vokal Anda. Tak harus dalam bentuk nyanyian, tapi bisa saja bebunyian lainnya. Ragam suara yang bisa dihasilkan suara manusia amatlah luas.
- Tepuk tangan, jentikan jari, dan hentakan kaki, juga dapat dimanfaatkan untuk menambah daya tarik aransemen.
* Untuk memperkaya aransemen, kita bisa bermain "bongkar-pasang" pada elemen-elemen dasar musik. Yakni: pola-pola ritmiknya, timbre, serta harmoni. Mari kita tengok satu per satu.
(1) POLA RITMIK
Yang saya maksud pola ritmik adalah pola-pola panjang-pendeknya not-not yang ada dalam aransemen. Baik itu pada melodi ataupun pada birama dasarnya. Contoh simpel pada melodi: not 1 1 / 5 5 / 6 6/ 5 . / bisa kita ubah jadi 1 1_5 / 0 5_6/ 0 6_5/ 0 0/ atau bahkan lebih sederhana lagi 0_1 0 / 0_5 0 / 0_6 0 / 0_5 0 /.
Contoh pada birama adalah mengubah lagu yang berbirama 3/4 menjadi 4/4. Bisa juga kita tetap memakai birama sama tapi mengubah pola ritmik pada basnya saja. Misalnya saja, ada beberapa jenis irama yang berbirama 3/4. Ada waltz ala Wina, waltz ala Amerika Latin, bolero, sampai jazz waltz. Anda boleh juga menciptakan berbagai pola ritmik baru. Yang penting, pendengar masih bisa "menangkap" karakter lagu sesungguhnya.
(2) TIMBRE
Biasa juga disebut tone color atau warna suara. Biola dan gitar memiliki sejumlah teknik untuk menghasilkan warna suara berbeda. Pada gitar, perbedaan posisi jari kanan saja bisa menentukan warna suara lembut atau metalik (sul tasto dan sul ponticello). Beberapa teknik yang lazim digunakan: pizzicato, vibrato, slur/hammering, harmonik oktaf, dan strumming.
Ada juga gitaris yang mempersiapkan khusus gitarnya agar bisa menghasilkan warna suara beda dengan memasang benda-benda tertentu pada senar gitar. Bisa lembaran kertas, selotip, paperclip, hingga jepitan jemuran!
Beberapa komposer gitar kontemporer memiliki cara-cara lebih ekstrem untuk memperoleh timbre unik, yakni dengan menggunakan sendok sebagai pengganti jari kiri atau kanan, membetot senar, hingga menggeseknya dengan kuku.
Bagi pemusik yang bukan pemain gitar atau biola, penjelajahan untuk mencari warna-warna suara baru ini juga terus dikembangkan. Misalnya, menyelipkan remasan koran di bawah dawai-dawai piano, atau menaburkan manik-manik di atas dawai piano. Pemusik tiup pun juga terus menggali teknik-teknik baru untuk mendapatkan warna-warna suara unik yang belum pernah ada sebelumnya.
(3) HARMONI
Untuk praktisnya, saya mendefisikan harmoni ini sebagai seni memilih dan meracik nada-nada yang berbeda untuk dibunyikan simultan ataupun yang berurutan. Lebih praktisnya lagi, harmoni adalah seni memilih dan menggunakan akor. Termasuk pula di dalamnya tangga nada (scale) yang merupakan basis bagi pembentukan akor. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk memperkaya aransemen dengan "bermain-main" di wilayah harmoni.
a) Mengubah progresi akor
Ambil contoh lagu Naik-naik ke Puncak Gunung. Bila kita memakai nada dasar C, maka progresi akornya yang asli adalah C /C /C /C /G7 /G7 /C /C . Kita bisa mengubahnya, semisal menjadi C /Dm /Em /F /C bass G /G7 /C .
b) Memperkaya akor
Yang dimaksud adalah menggantikan akor mayor atau minor "polos" dengan akor-akor 7, 9, 11, 13, dan sebagainya. Pengayaan akor ini juga bisa dikombinasikan dengan perubahan progresi akor. Tentunya harus disesuaikan dengan lagunya.
Masih terkait dengan pengayaan akor, bisa dicoba juga melakukan steman alternatif atau alternate tuning untuk menghasilkan akor-akor baru yang terkadang tak kita duga sebelumnya. Sejak zaman Renaisans hingga masa kini, ada saja musisi instrumen berdawai yang mengubah-ubah urutan tuning standar. Pada gitar, misalnya, ada puluhan alternate tuning yang pernah dikenal. Yang umum dipakai adalah (urutan dimulai dari senar terbesar): D-A-D-Fis-B-E, D-A-D-F-A-D, D-A-D-Fis-C-D, D-G-D-G-B-D, D-G-D-G-Bes-D, E-B-D-Gis-B-E, dan sebagainya.
c) Mengubah scale
Melodi dengan scale mayor, misalnya, bisa saja kita ubah jadi scale blues. Atau, jika memang cocok, bisa saja scale diubah jadi minor. Ada banyak sekali scale lainnya yang tersedia dalam khazanah musik. Dari yang modern sampai yang tradisional, dari yang berisi 12 nada sampai 3 nada.
d) Modulasi
Modulasi adalah pergantian nada dasar. Biasanya memberi efek "refreshing". Dalam ilmu harmoni, melakukan modulasi tidak bisa sembarangan. Ada aturan-aturannya, karena pergantian itu idealnya harus berlangsung mulus hingga pendengar tak merasa kaget. Bila Anda belum sempat mempelajarinya dari buku teori, belajar saja dari berbagai komposisi yang sudah ada. Bisa dari sonata-sonata Scarlatti dan partita-partita Bach hingga lagu-lagu Vina Panduwinata atau Stevie Wonder.
e) Mengubah register
Melodi tak harus ada pada nada tinggi. Bisa saja kita pindahkan ke bagian bas. Atau sebaliknya, melodi yang tadinya ada di nada rendah kita pindahkan ke wilayah nada tinggi.
f) Variasikan tekstur
Tekstur meliputi "ketebalan" maupun "kasar-lembutnya" jalinan antar-nada dalam aransemen. Kita bisa menciptakan tekstur "tebal", misalnya dengan membunyikan melodi, akor, dan bas sekaligus. Bisa juga kita membuatnya jadi "tipis", semisal dengan hanya menyisakan jalinan dua jalur melodi yang berjalan bersama atau bersahut-sahutan.
Kesan "kasar" bisa diperoleh bila melodi, akor, dan bas lebih banyak berbunyi bersamaan. Sebaliknya, kesan "halus" bisa dicapai dengan mengurai melodi, akor, dan bas untuk berbunyi bergantian/bersamaan dalam pola-pola tertentu.
"BUMBU-BUMBU" LAIN
Di luar elemen-elemen dasar musik di atas, kita juga dapat "bermain-main" dengan tempo dan dinamika. Memperlambat atau mempercepat tempo, melembutkan dan mengeraskan volume, bisa menciptakan kesegaran pada aransemen kita.
Beberapa "bumbu" penyegar lain yang bisa dicoba:
- Masukkan efek perkusi. Pada tubuh gitar, ada beberapa bagian yang bila dipukul bisa menghasilkan suara-suara berbeda. Juga ada beberapa teknik menciptakan efek perkusi pada senar yang bisa dicoba. Efek perkusi biasanya menarik perhatian penonton.
- Gunakan vokal Anda. Tak harus dalam bentuk nyanyian, tapi bisa saja bebunyian lainnya. Ragam suara yang bisa dihasilkan suara manusia amatlah luas.
- Tepuk tangan, jentikan jari, dan hentakan kaki, juga dapat dimanfaatkan untuk menambah daya tarik aransemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar